Hakim Ibn-e-Sina |
Ibn-e-Sina adalah dokter yang paling berhasil antara zaman Kekaisaran
Romawi dengan bangkitnya ilmu pengetahuan modern di tahun
1500-an. Juga dikenal dengan nama Latin nya, Avicenna, pengaruhnya berkembang di
seluruh dunia Islam dan di Eropa Barat Abad Pertengahan.
Ibn-e-Sina dilahirkan di apa yang sekarang disebut
Uzbekistan, tetapi yang ketika itu merupakan bagian dari Persia. Rumah Ayahnya,
seorang pemungut cukai, adalah tempat pertemuan orang-orang terpelajar. Ia dibesarkan mempelajari
hukum Islam, literatur dan
kedokteran.
Di usia 17 tahun, ia sembuhkan Raja Mansor dari Bukhara
dari suatu penyakit
setelah dokter-dokter lainnya gagal. Sebagai upahnya, Ibn-e-Sina meminta izin menggunakan Perpustakaan Kerajaan. Ia
menjadi dokter istana hingga jatuhnya kerajaan tersebut pada tahun 999. Lalu ia
banyak berkeliling, bekerja di siang hari sebagai dokter, dan berjumpa di
malam hari dengan para cendekiawan di daerah yang bersangkutan untuk diskusi
filosofis dan ilmiah.
Ibn-e-Sina menetap di Hamadan di Iran di rute antar
Teheran dengan Baghdad. Sebagai dokter bagi beberapa sultan, ia menikmati
ketenaran dan penghasilan besar. Sementara ia di Hamadan
ia banyak menulis. The
Book of Healing adalah karya
terbesarnya-sebuah ensiklopedia kedokteran,
ilmu pengetahuan alam, logika, dan filosofi. Ibn-e-Sina
membawakan keraguan ke studi alchemy, yaitu kepercayaan bahwa emas bisa
dibuat dari logam-logam dasar seperti timah.
Pangeran yang dilayaninya di Hamadan meninggal pada tahun
1022. Ibn-e-Sina
kemudian pindah ke Isfahan, di sentral Iran, di mana ia selesaikan
The Cannon of Medicine.
Dalam buku ini ia menceritakan pencapaian-pencapaian utama dari para dokter Yunani dan
Romawi. Secara sistimatis ia urutkan 760 obat-obatan dan preparat medis. Ibn-e-Sina
menyadari tuberculosis yang menular itu dan peran air dalam menyebarkan
penyakit.
Dialah yang pertama kalinya menggambarkan penyakit meningitis. Selain
itu, dia jugalah yang memberikan uraian rinci tentang
bagian-bagian mata. Di Isfahan, ibn-e-Sina menjadi dokter Ala ad-Daula.
Sementara bagi menemani sang pangeran dalam perang militer untuk
menawan
Hamadan, ibn-e-Sina jatuh sakit lalu meninggal. Pemakamannya di Hamadan akhirnyamenjadi daya tarik
turis.
Setelah kematiannya, karya-karyanya diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin dan menjadi tersedia bagi pemikir pemikir Eropa. Buku-bukunya
menjadi bacaan utama di sekolah-sekolah medis
selama empat abad.
Dalam
waktu 50 tahun setelah ditemukannya percetakan, The Cannon of Medicine dicetak 15 kali. Protokol nya masih menjadi dasar bahwa
uji klinis modern terhadap keefektivan obat-obatan. Dialah yang menunjukkan bahwa sebuah
obat harus digunakan pada seorang pasien yang hanya
menderita satu penyakit, itu harus terbukti efektif dalam semua atau sebagian
besar kasus, dan uji coba pada hewan saja tidak akan membuktikan keefektivannya
pada manusia.
jadi tau banyak tentang sejarah kak makasih
ReplyDeleteharga voucher google play indomaret 2017