Peta Dunia Menurut Eratosthenes |
Eratosthenes dibesarkan di Cyrene, sebuah kota Yunani di sebelah
utara Afrika. Ia
belajar di Alexandria di Mesir lalu di Athena, kembali ke Alexandria pada tahun
255 Sebelum Masehi untuk menetap di sana. Eratosthenes menghasilkan tulisan-tulisan tentang matematika, astronomi,
geografi, sejarah, dan kritik literatur. Rekor seperti itulah yang secara logis
menjadikannya sarana yang memimpin perpustakaan di Alexandria, suatu posisi
yang ia terima pada tahun 240 Sebelum Masehi.
Ketika itu, Ptolemy
III memerintah di Alexandria serta bagian-bagian Mesir. Ia
perintahkan semua kapal dan karavan digeledah untuk
mencari buku-buku, peta-peta, atau dokumen-dokumen menarik untuk disalin. Perpustakaan di Alexandria menjadi gudang
pengetahuan yang sangat luas di dunia zaman dulu.
Dengan kekayaan intelektual dunia tersedia baginya,
Eratosthenes mengkompilasikan peta dunia yang sudah dikenal, mulai dari
Kepulauan Inggris hingga Sri Lanka, dan mencakup semua negara yang berbatasan
dengan Laut Mediteranean. Peta tersebut tetap bermanfaat selama 200 tahun. Ia
juga sadar bahwa kalender solar Mesir itu kurang satu hari setiap empat tahun,
sehingga kalender tersebut ketinggalan musim-musim.
Maka ia sarankan ditambahkan
satu hari ekstra setiap empat tahunnya.
Eratosthenes paling dikenal karena menghitung ukuran bumi, suatu kesimpulan yang ia capai dengan menggunakan metode yang
jenius. Eratosthenes tahu bahwa matahari itu paling tinggi di langit pada tengah
hari tanggal
22 Juni, yaitu tanda musim panas. Pada hari istimewa tersebut, tongkat
vertikal menghasilkan bayang-bayang yang terpendek. Kalau
matahari persis berada di atasnya, tongkat tersebut tidak menghasilkan bayang-bayang sama
sekali. Ini terjadi si Syene, sebuah kota di sebelah
selatan Alexandria, di mana Aswan Dam terletak sekarang ini. Bagaimanakah
Eratosthenes menalarkan bahwa matahari persis berada di atas syene pada hari yang
unik itu? Ia tahu dari informasi perpustakaan bahwa pada tengah hari tanggal 22 Juni,
matahari menyinari sebuah sumur yang dalam di Syene, dan terpantul kembali ke atas,
sehingga menunjukkan bahwa matahari memang persis berada
di atasnya. Menggunakan geometri sederhana, Eratosthenes menunjukkan bahwa ada sudut
sebesar 7.2 derajat antara Alexandria dengan Syene. Sudut 7.2 derajat artinya
1/50 dari sebuah lingkaran. Jarak antara Syene dengan Alexandria sudah sering
ditempuh dan diketahui sebesar 5,000 stadia. Maka Eratosthenes menghitung Bumi
sebagai 50 x 5,000 stadia, atau kira-kira 250,000 stadia. Ini luar biasa
mendekati lingkaran bumi yang diterima manusia modern, yaitu kira-kira 24,540
mil.
Eratosthenes menunjukkan bahwa bumi ternyata jauh lebih
besar daripada yang dibayangkan bangsa Yunani. Ini mengganggu bangsa Yunani
sebab menjadikan dunia yang telah mereka kenal itu demikian kecil. Mereka tolak
perhitungan Eratosthenes demi perhitungan yang keliru, yang jauh lebih kecil.
Terlepas dari suksesnya sebagai seorang sarjana dan
penulis, bagian kehidupannya yang belakangan tragis. Ia menjadi buta, dan
pada akhir hidupnya, ia meninggal dunia karena mati kelaparan pada usia 80.
bagus banget blognya makasih yah kak
ReplyDeletepromo line alfamart